Palopo Heritage Logo
Kembali
Bangunan
Salassae Istana Datu Luwu
Jl. Andi Tenripadang No. 1, Amassangan, Wara

Deskripsi

Bangunan Istana Datu Luwu memiliki denah berbentuk persegi panjang dengan pola huruf H. Bentuk atap berupa limasan dengan menggunakan bahan dasar sirap dari kayu ulin, selain itu terdapat dua buah jendela atap pada bagian atap utara (depan) dan dua buah kemuncak yang menaungi ventilasi atap yang dilengkapi dengan jalusi. Pembagian ruang istana terdiri dari bangunan utama (depan) yang merupakan bagian ruangan yang paling luas berbentuk persegi panjang, terletak pada bagian depan (utara) Istana. Untuk menuju ke ruang utama dapat diakses melalui pintu utama Istana yang terletak pada diding depan (utara). Saat ini ruang utama tersebut difungsikan sebagai ruang koleksi museum. Selanjutnya ruang yang kedua terletak antara (berbatasan) ruang utama dan ruang yang ketiga. Akses dari ruang utama ke ruang yang kedua dihubungkan oleh pintu yang terletak pada dinding pembatas kedua ruang tersebut. Pintu penghubung tersebut berbentuk segi empat yang terdiri dari 2 lapis pintu dimana masing-masing lapisan pintu memiliki dua daun pintu. Ruang kedua terdiri dari tiga buah ruang, satu buah ruang di sisi timur dan dua buah di sisi barat, ruang tersebut difungsikan sebagai ruang Datu Luwu, ruang tempat menyimpan arajang Kerajaan Luwu. Ruang tersebut saling berhadapan (timur-barat) yang dihubungkan oleh lorong. Selain ketiga ruang tersebut terdapat dua buah kamar mandi. Selanjutnya adalah ruang ketiga yaitu bagian belakang gedung utama yang difungsikan sebagai ruang makan. Ruang yang terakhir adalah ruang keempat terletak pada bagian belakang (Selatan) yang memanjang dari barat ke timur, bangunan tersebut memiliki tujuh buah ruangan dimana beberapa ruangan difungsikan sebagai kamar tidur, kamar mandi dan gudang. Bangunan utama memiliki jendela dan ventilasi dengan jumlah jendela sebanyak 17 buah dengan bentuk dasar segiempat serta memiliki dua daun pintu pintu dengan hiasan krepyak dan kaca dengan perpaduan warna hijau dan kuning. Ukuran jendela yakni, tinggi 250 cm dan lebar 210 cm, beberapa jendela dilengkapi dengan terali besi. Bentuk pintu yang digunakan memiliki model dan bahan yang sama dengan jendela. Pintu utama berukuran tinggi 290 cm dan lebar 300 cm. Lantai bangunan menggunakan ubin keramik modern berwarna coklat dan putih.

Latar Belakang Sejarah

Istana Datu Luwu dibangun pada tahun 1920 oleh Pemerintah Belanda yang mengacu pada hasil rancangan arsitek yang bernama Obsenter Nobele. Istana Datu Luwu dibuat karena bangunan istana yang sebelumnya yang berupa rumah panggung dengan arsitektur lokal terbakar sehingga hancur. Salah satu versi sejarah menyatakan bahwa Belanda sengaja membakar Istana Datu Luwu tersebut, untuk kemudian menggantikannya dengan bangunan permanen. Sebagai bentuk protes, maka Andi Kambo yang merupakan Datu Luwu pada masa itu, baru menempati bangunan istana tersebut pada tahun 1924. Kawasan Istana Datu Luwu menjadi pusat pemerintahan atau dikenal sebagai Ware di Kerajaan Luwu. Saat pergerakan pertempuran semesta rakyat Luwu 23 Januari 1946, istana Kedatuan Luwu menjadi pusat kontrol pergerakan/pertempuran dan perlawanan rakyat.

Nilai Penting

Istana Datu Luwu adalah bangunan perpaduan gaya rumah kebun indisch dan arsitektur kolonial moderen yang memiliki signifikansi sejarah pada fase perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah dan mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 1945, serta menjadi elemen utama pada lanskap ruang kota kuno Palopo yang otentik, filosofis, dan befungsi sebagai living monument.

Lokasi

Koordinat: 05029’55” LS dan 120001’ 39,8” BT

Luas Lahan

1,5 ha

Koordinat

05029’55” LS dan 120001’ 39,8” BT

Kepemilikan

Kedatuan Luwu

Pengelola

Kantor Sekretariat Kedatuan Luwu

Status

Ditetapkan berdasarkan SK Wali Kota Palopo Nomor 100.3.3.3/139/B.Hukum dan SK Gubernur Sulsel Nomor331/III/Tahun 2024

Salassae Istana Datu Luwu

Powered By

Universitas Andi Djemma
Palopo Heritage Society
Ikatan Perencana Desa Indonesia
Dikti
Diktisaintek Berdampak
BIMA